DINASTI
UMAYAH
SEJARAH
BERDIRINYA
1. Pengertian kata Bani, Dinasti dan
Daulah.
Yang dimaksud Bani Umayah adalah anak, anak cucu atau
keturunan Umayah bin Abdu Syams. Kata Dinasti berarti keturunan raja-raja
yang memerintah dan semuanya berasal dari keluarga. Kata Daulah berarti kekuasaan, pemerintahan, atau negara.
Dengan kata lain, Daulah Umayah adalah negara yang diperintah oleh Dinasti
Umayah yang raja-rajanya dari Bani Umayah
Muawiyah
bin Abi Sufyan adalah putra dari Abu Sufyan bin Harb, seorang tokoh berpengaruh dari
Bani Umayah. Ia masuk Islam bersama ayahnya pada saat terjadi Fathu Makkah.
Pada masa Nabi Muhammad saw, ia menjadi salah satu perawi hadits yang baik.
Pada masa Kholifah Abu Bakar as Shiddiq, Muawiyah
bin Abu Sufyan memimpin tentara Islam dalam perang Riddah untuk menumpas
kaum murtad. Peran Muawiyah bin Abu Sufyan bertambah besar pada masa
Kholifah Usman bin Affan. Salah satu sebabnya adalah Usman bin Affan juga
anggota Bani Umayah. Pada waktu itu
, Muawiyah bin Abu Sufyan menjabat sebagai Gubernur di Damaskus (
Suriah ).
Wafatnya Khalifah Usman bin Affan menjadi momentum perpecahan dikalangan umat Islam , yaitu :
Wafatnya Khalifah Usman bin Affan menjadi momentum perpecahan dikalangan umat Islam , yaitu :
a. Kelompok Mu'awiyah menuntut bela
atas terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi Thalib juga
ikut bertanggung jawab.
b. Kelompok Aisyah, Zubair dan Talhah
menyatkan tidak setuju atas tuntutan bela wafatnya Usman bin Affan, begitu pula
tidak setuju atas pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah
c. Kelompok pendukung Khalifah Ali bin
Abi Thalib
Peristiwa terbunuhnya
Khalifah Usman bin Affan menyebabkan perpecahan antara Muawiayh
bin Abu Sufyan dengan Ali bin Abi Thalib yang menggantikan Usman bin
Affan sebagai Khalifah. Kelompok Bani Umayah merasa tidak puas terhadap
kebijakan Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam menangani kasus terbunuhnya Usman
bi Affan. Perselisihan antara Ali bin Abi Tahlib dan Muawiyah bin Abi Sufyan
akhirnya pecah menjadi Perang Shiffin. Perang diakhiri dengan peristiwa Tahkim yang menyebabkan
munculnya 2 kelompok
- Kelompok Syi'ah , yaitu kelompok yang setuju dan mendukung keputusan Khalifah Ali bin Abi Thalib
- Khawarij, yaitu kelompok di pihak Ali bin Abi Thalib yang tidak mau menerima hasil Tahkim. Perselisihan tersebut berakhir dengan terbunuhnya Ali bin Abi Thalib oleh Ibnu Muljam dari kelompok Khawarij.
Sepeninggal
Ali bin Abi Thalib pemerintahan dilanjutkan oleh Putranya Hasan
bin Ali, akan tetapi Hasan hanya bertahan beberapa bulan. Posisinya
yang makin lemah dan keinginannya untuk mempersatukan umat islam membuat
Hasan bin Ali menyerahkan pemerintahan kepada Muawiyah bin Abu Sufyan.
Hasan bin Ali tidak menginginkan peperangan berkepanjangan yang menyebabkan
banyak korban jiwa dikalangan umat Islam. Penyerahan Dari Hasan bin Ali kepada
Muawiyah bin Abi Sufyan dengan 3 perjanjian yaitu :
- Mu'awiyah harus memberi jaminan akan keselamatan Hasan dan keluarganya.
- Mu'awiyah harus menjaga nama baik Khalifah Ali bin Abi Thalib termasuk menghentikan caci maki didalam kutbah maupun dalam pidato-pidatonya
- Setelah Mu'awiyah wafat jabatan khalifah harus diserahkan kepada musyawarah kaum muslimin
Peristiwa
penyerahan kekuasaan dari Hasan bin Ali kepada Muawiyah bin Abu Sufyan
itu terkenal dengan sebutan Amul
Jama'ah atau tahun penyatuan. Peristiwa itu terjadi pada tahun 661 M. Sejak itu, secara resmi pemerintahan
Islam dipegang oleh Muawiyah bin Abu Sufyan. Ia kemudian memindahkan pusat kekuasaan dari Madinah
ke Damaskus ( Suriah ). Keturunan Umayah memegang kekuasaan Islam selama
90 tahun, kemudian dikenal dengan Dinasti Umayah. Selama kurun waktu
tersebut pemerintahan dipegang oleh 14 orang. Khalifah-Khalifah itu
adalah sebagai berikut :
1.
Muawiyah bin Abu Sufyan ( Muawiyah I )
661-680 M
2.
Yazid bin Muawiyah ( Yazid II )
680-683 M
3.
Muawiyah bin Yazid
683-684 M
4.
Marwan bin Hakam (Marwan I)
684-685 M
5.
Abdul Malik bin Marwan
685-705 M
6.
Al Walid bin Abdul Malik ( Al Walid II )
705-715 M
7.
Sulaiman bin Abdul Malik
715-717 M
|
8.
Umar bin Abdul Aziz ( Umar II )
717-720 M
9.
Yazid bin Abdul Malik ( Yazid II )
720-724 M
10.
Hisyam bin Abdul Malik
724-743 M
11.
Al-Walid bi Yazid ( Al Walid II )
743-744 M
12.
Yazid bin al Walid ( Yazid III )
744 M
13.
Ibrahim bin al Walid
744 M
14.
Marwan bin Muhammad ( Marwan III
744-750 M
|
Pada masa awal , kebijakan
pemerintah Dinasti Umayah lebih banyak ditujukan untuk memperluas wilayah Islam
dengan kekuatan militer. Namun pada periode berikutnya, dinasti ini berhasil
menata pemerintahannya diberbagai bidang. Hal ini tercapai berkat jasa
dari empat orang Khalifah , yaitu :
- Abdul Malik bin Marwan
- Walid bin Abdul Malik
- Umar bin Abdul Aziz
- Hisyam bin Abdul Malik
Pada masa pemerintahan merekalah
tercapai kemakmuran dan kemajuan yang tidak hanya dinikmati oleh rakyat yang
beragama Islam saja, namun kemajuan dan kemakmuran tersebut dapat dinikmati
oleh kalangan non muslim. karena pada saat itu kas negara sangat banyak dan
melimpah bahkan sulit untuk mencari seseorang yang mau menerima zakat.
PERKEMBANGAN ISLAM
PADA MASA DINASTI UMAYYAH
Islam pada masa Dinasti
Umayyah banyak mencapai kemajuan, perkembangan
serta mampu memperluas wilayah kekuasaan,
Ini berlangsung pada masa pemerintahan khalifah Walid bin Abdul Malik.
Pada awal pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan telah
mengadakan perluasan wilayah kekuasaan hingga daerah sebelah timur India dengan mengutus Mushallab bin
Abu Sufrah
dan wilayah barat hingga Byzantium, di
bawah pimpinan Yazid bin
Muawiyyah. Selain itu juga berhasil
menguasai Afrika Utara.
Dalam usaha perluasan wilayah ke Byzantium ada tiga
motivasi bagi Muawiyyah untuk menguasainya, yaitu:
1. Byzantium merupakan basis agama
Kristen Ortodok, yang sangat berbahaya bagi perkembangan
agama Islam.
2. Orang-orang Byzantium sering
mengadakan perampokan sampai ke daerah Islam.
3. Byzantium merupakan wilayah yang
mempunyai kekeyan yang
melimpah.
Pada masa pemerintahan berikutnya dibawah
kekuasaan Walid bin Abdul Malik,
berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sampai Afrika Utara yaitu ke Magrib
al-Aqsho dan Andalusia (Spanyol). Atas kegigihan dan keberanian Musa bin
Nushair dalam menguasai wilayah tersebut maka beliau diangkat oleh Walid
sebagai gubernur untuk wilayah Afrika Utara. Dan ia terus melanjutkan usahanya
dalam memperluas wilayah Islam sampai tepi lautan Atlantik dengan di pimpin
Thariq bin ziad yang di bantu oleh Gran Julian. mereka juga
diutus untuk merebut wilayah Andalusia dan tepatnya pada tahun 711 M
Thariq mendarat di sebuah Selat yang sekarang di sebut sebagai Selat Jabal
Thariq atau Selat Gibraltar.
Selain dalam memperluas wilayah
kekuasaan, Dinasti Umayyah juga mengalami perkembangan dalam bidang
kebudayaan di bandingkan dengan perkembangan pada masa sebelumnya, yaitu
pada masa Khulafaur Rasyidin. Demikian pula perkembangan ilmu pengetahuan
mengalami perkembangan dengan baik. Diantara kebudayaan Islam yang mengalami
perkembngn pada masa ini adalah seni sastra, seni rupa, seni suara, seni
bangunan, seni ukir, dan sebagainya. Pada masa ini telah banyak bangunan hasil
rekayasa umat Islam dengan mengambil pola Romawi, Persia, dan
Arab. Salah satu dari bangunan itu adalah masjid Damaskus yang di bangun pada
masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik dengan hiasan dinding dan ukiran yang
sangat indah. Contoh lain adalah bangunan masjid-masjid di
Cordova yang terbuat dari batu pualam.[3]
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan,
tidak hanya meliputi ilmu pengetahuan agama saja, tetapi juga ilmu pengetahuan
umum, seperti ilmu kedokteran, filsafat, astronomi, ilmu pasti, ilmu bumi,
ilmu sejarah, dan sebagainya. Kota yang menjadi pusat pusat kajian ilmu
pengetahuan antara lain adalah Damaskus, Kufah, Mekkah, Madinah, Mesir,
Cordova, Granada, dan lainnya. Dengan Masjid sebagai pusat pengajarannya, selain
madrasah atau lembaga pendidikan yang ada.
3. Sistem pemerintahan pada masa
Daulah Umayyah
Pemindahan kekuasaan kepada Muawiyah
mengakhiri bentuk demokrasi, kekhalifahan menjadi monarchi
heridetis (kerajaan turun temurun), yang diperoleh tidak dengan pemilihan
atau suara terbanyak. Penggantian khalifah secara turun temurun
dimulai dari sikap Mu’awiyah yang mengangkat anaknya, Yazid, sebagai putera
mahkota. Sikap Mu’awiyah seperti ini dipengaruhi oleh keadaan Syiria
selama dia menjadi gubernur disana. Dia memang bermaksud mencontoh monarchi heridetis di
Persia dan kekaisaran Byzantium.
Pada masa Abdul Malik ibn Marwan, jalannya
pemerintahan di tentukan oleh empat departemen pokok (diwan).
Keempat departemen (kementrian) itu adalah:
1. Kementrian Pajak Tanah (diwan
al-kharraj) yang tugasnya mengawasi departemen keuanagan
2. Kementrian Khatam (diwan
al-Khatam) yang bertugas merancang dan mengesahkan ordonasi pemerin pemerintah.
3. Kementrian Surat Menyurat (diwan
al-Rasail), di percayakan untuk mengontrol permasalahan di daerah–daerah dan
semua komunikasi dari gubernur –gunernur.
4. Kementrian urusan
perpajakan(diwan al-mustagallat).
Pembidangan ilmu
menurut ahli sejarah jarji Zaidan
bahwa ilmu pengetahuan pada zaman Daulah Umayah terbagi dalam dua bidang besar,
yaitu :
1. Al-Adaabul Hadisah (ilmu-ilmu baru),
yang terpecah menjadi 2 bagian, yaitu :
a.
Al-Ulumul Islamiyah, yaitu ilmu-ilmu al-Qur’an, al-hadits,
fiqh, al-ulumul lisaniyah, at tarikh dan al-jughrafi
b.
Al-Ulumud Dakhiliyah, yaitu ilmu-ilmu yang diperlukan oleh
kemajuan islam, seperti ilmu-ilmu thib, filsafat, ilmu pasti dan ilmu-ilmu
eksak dll yang disalin dari bahasa Persia dan Romawi
2. Al-Adaabul Qadimah (ilmu-ilmu lama),
yaitu ilmu-ilmu yang telah ada ada di zaman jahiliyah dan di zaman khulafaur
rasyidin seperti limu-ilmu lughah, syair, khitabah dll.
a. Ilmu Qiraat
adalah ilmu cara membaca al-Qur’an.
ilmu ini mempunyai kedudukan sangat penting pada permulaan islam, sehingga
orang-orang yang pandai baca Qur’an dinamakan qurra. Setelah naskah Qur’an yang
sah dikirim ke berbagai kota-kota islam, maka lahirlah dialek bacaan tertentu
bagi tiap-tiap penduduk kota, yang mana mereka mengikuti bacaan seorang qari
yang dianggap sah bacaannya. Akhirnya masyhurlah tujuh macam bacaan al-Qur’an
yang terkenal dengan Qira’ah Sab’ah. adapun kebanyakan pelopor Qira’ah
sab’ah yang kebanyakan dari kaum mawaly antara lain : Abdullah bin Katsir, Ashim bin Abi Nujud, Abdullah bin Amir
Al-jahshaby, Ali bin Hamzah Abu Hasan al-Kisai, Hamzah bin Habib az-Zaiyaat,
Abu Amr bin al-A’la, dan Nafi bin Abi Na’im
b. Ilmu Tafsir
Ali tafsir yang pertama pada
masa ini yaitu Ibnu Abbas, seorang sahabat yang terkenal yang wafat thn 68 H.
Beliau menafsirkan al-Qur’an dengan riwayat dan isnad. Setelah Ibnu Abbas, ahli
tafsir lainnya adalah Mujahid yang wafat thn 104 H. Pada masa ini ilmu
tafsir belum berkembang pesat seperti halnya zaman dinasti abasiyah.
c. Ilmu hadits
Di antara muhaddisin yang termasyhur
pada zaman ini yaitu :
Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin
Ubaidillah bin abdullah bin Syihab az-Zuhri (w. thn 123 H), Ibnu abi Malik (w.
119 H), al-Auza’i (w.159 H), hasan Basri (w.110 H), As-sya’by (w.104 H). Pada
masa khalifah Umar bin Abdul Aziz, barulah kaum muslimin membukukan hadits. Dan
orang yang mula-mula membukukan hadits adalah Ibnu syihab az-Zuhri.
d. Ilmu nahwu
Pembuat ilmu nahwu pertama dan
membukukannya seperti halnya sekarang yaitu Abu Aswad Ad-Dualy (w. 69 H),
beliau belajar dari khalifah Ali bin Abi Thalib.
e. Tarikh dan Jughrafia
Pembukuan sejarah dimulai pada zaman
Bani Umayah dan pada masa Dinasti Abasiyah ilmu tarikh menjadi berkembang
pesat. Sehingga kaum muslimin telah mengarang kitab-kitab sejarah yang banyak
sekali bahkan dalam kitab Kasyfud Dhunun ada lebih 1300 judul. Ilmu jughrafi di
zaman ini baru dalam taraf merintis jalan. Menurut ahli sejarah bnu Mas’ud
bahwa khalifah Abdul Malik sangat gemar kepada ilmu bintang, sehingga tiap
hendak ke medan perang selalu dibawanya ahi ilmu bintang.
f. Al-Ulumud Dakhilah
yaitu ilmu-ilmu yang disalin dari
bahasa asing ke dalam bahasa arab dan disempurnakan. Pada masa ini gerakan
penerjemahan baru dalam taraf perintisan jalan. Orang yang pertama kali
menerjemahkan ilmu-ilmu thib dan kimia ke dalam bahasa arab yaitu Khalid bin
Yazid bin Muawiyah (W.86 H).
Keberhasilan
Yang Dicapai
Dalam hal ini terbagi menjadi dua, yaitu material dan immaterial
Dalam hal ini terbagi menjadi dua, yaitu material dan immaterial
1.
Bidang
Material :
a) Muawiyah
mendirikan Dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda dengan
peralatannya disepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan
bersenjata.
b) Mu’awiyah
merupakan khalifah yang mula-mula menyuruh agar dibuatkan ”anjung” dalam masjid
tempat is sembahyang. Ia sangat khwatir akan keselamatan dirinya, karena khalifah
Umar dan Ali, terbunuh ketika sedang melaksanakan shalat.
c) Lambang
kerajaan sebelumnya Al-Khulafaur Rasyidin, tidak pernah membuat lambang Negara
baru pada masa Umayyah, menetapkan bendera merah sebagai lambang negaranya.
Lambang itu menjadi ciri khas kerajaan Umayyah.
d) Mu’awiyah
sudah merancang pola pengiriman surat (post), kemudian dimatangkan lagi pada
masa Malik bin Marwan. Proyek al-Barid (pos) ini, semakin ditata dengan baik,
sehingga menjadi alat pengiriman yang baik pada waktu itu.
e) Arsitektur
semacam seni yang permanent pada tahun 691H, Khalifah Abd Al-Malik membangun
sebuah kubah yang megah dengan arsitektur barat yang dikenal dengan “The Dame
Of The Rock” (Gubah As-Sakharah).
f) Pembuatan
mata uang dijaman khalifah Abd Al Malik yang kemudian diedarkan keseluruh
penjuru negeri islam.
g) Pembuatan
panti Asuhan untuk anak-anak yatim, panti jompo, juga tempat-tempat untuk
orang-orang yang infalid, segala fasilitas disediakan oleh Umayyah.
h) Pengembangan
angkatan laut muawiyah yang terkenal sejak masa Uthman sebagai Amir Al-Bahri,
tentu akan mengembangkan idenya dimasa dia berkuasa, sehingga kapal perang
waktu itu berjumlah 1700 buah.
i) Khalifah
Abd Al-Malik juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahan administrasi
pemerintahan dan memberlakukan bahasa arab sebagai bahasa resmi administrasi
pemerintahan Islam yang tadinya berbahasa Yunani dan Pahlawi sehingga sampai
berdampak pada orang-orang non Arab menjadi pandai berbahasa Arab dan untuk
menyempurnakan pengetahuan tata bahasa Arab orang-orang non Arab, disusun buku
tata bahasa Arab oleh Sibawaih dalam al-Kitab.
j) Merubah
mata uang yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Sebelumnya mata
uang Bizantium dan Persia seperti dinar dan dirham. Penggantinya uang dirham
terbuat dari mas dan dirham dari perak dengan memakai kata-kata dan tulisan
Arab.
k) Perluasaan
wilayah kekuasaan dari Afrika menuju wilayah Barat daya, benua Eropa, bahkan
perluasaan ini juga sampai ke Andalusia (Spanyol) di bawah kepemimpinan
panglima Thariq bin Ziad, yang berhasil menaklukkan Kordova, Granada, dan
Toledo.
l) Dibangun
mesjid-mesjid dan istana. Katedral St. Jhon di Damaskus dirubah menjadi mesjid,
sedang Katedral yang ada di Hims dipakai sebagai mesjid dan gereja. Di al-Quds
(Jerussalem) Abdul Malik membangun mesjid al-Aqsha. Monumen terbaik yang
ditinggalkan zaman ini adalah Qubah al-Sakhr di al-Quds. Di mesjid al-Aqsha
yang menurut riwayatnya tempat Nabi Ibrahim hendak menyembelih Ismail dan Nabi
Muhammad mulai dengan mi’raj ke langit, mesjid Cordova di Spanyol dibangun,
mesjid Mekah dan Madinah diperbaiki dan diperbesar oleh Abdul Malik dan Walid.
m) Bahkan
pada masa, Sulaiman ibn Malik, telah dibangun pembangunan mega raksasa yang
terkenal dengan Jami’ul Umawi.
2.
Bidang
Immaterial
a) Mendirikan
pusat kegiatan ilmiah di Kufah dan Bashrah yang akhirnya memunculkan nama- nama
besar seperti Hasan al-Basri, Ibn Shihab al-Zuhri dan Washil bin Atha. Bidang
yang menjadi perhatian adalah tafsir, hadits, fikih, dan kalam.
b) Penyair-penyair
Arab baru bermunculan setelah perhatian mereka terhadap syair Arab Jahiliyah
dibangkitkan. Mereka itu adalah Umar Ibn Abi Rabiah (w. 719 m.), Jamil al-Udhri
(w. 701 M.), Qays Ibn al-Mulawwah (w. 699 M.) yang lebih dikenal dengan nama
Majnun Laila, al-Farazdaq (w 732M.), Jarir (w. 792 M) dan al-Akhtal (w. 710
M.).
3.
Perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Sastra-Seni
Waktu
dinasti ini telah mulai dirintis jalan ilmu naqli ; berupa filsafat dan
eksakta. Dan ilmu pengetahun berkembang dalam tiga bidang, yaitu bidang diniyah, tarikh, dan filsafat.
Kota-kota yang menjadi pusat ilmu pengetahuan selama pemerintahan dinasti
Umayah, antara lain kota Kairawan, Kordoba, Granda dan lain sebagainya.
Sehingga
secara perlahan ilmu pengetahuan terbagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Al-Adaabul Hadits (ilmu-ilmu baru), yang
meliputi :
a.
Al-ulumul Islamiyah
(ilmu al-Qur’an, Hadist, Fiqh, al-Ulumul Lisaniyah, At-Tarikh dan al-Jughrafi),
b.Al-Ulumul
Dkhiliyah (ilmu yang diperlukan untuk kemajuan Islam), yang meliputi : ilmu
thib, filsafat, ilmu pasti, dan ilmu eksakta lainnya yang disalin dari Persia
dan Romawi.
2. Al-Adaabul
Qadamah (ilmu lama), yaitu ilmu yang telah ada pasa zaman Jahiliyah dan ilmu di
zaman khalifah yang empat, seperti ilmu lughah, syair, khitabah dan amtsal.
Pada
masa ini pula sudah mulai dirancang tentang undang-undang yang bersumber dari
al-Qur’an, sehingga menuntut masyarakat mempelajari tentang tafsir al-Qur’an.
Salah seorang ahli tafsir pertama dan termashur pada masa tersebut adalah Ibnu
Abbas. Pada waktu itu beliau telah menafsirkan al-Qur’an dengan riwayat dan
isnad, kemudian kesulitan-kesulitan dalam mengartikan al-Qur’an dicari dalam
al-hadist, yang pada gilirannya melahirkan ilmu hadist. Dan akhirnya kitab
tentang ilmu hadist sudah mulai dikarang oleh para ulama muslim.
Beberapa
ulama hadist yang terkenal pada masa itu, antara lain :
3.
Abu Bakar
Muhammad bin Muslim bin Ubaidilah bin Abdullah bin Syihab az-Zuhri,
4.
Ibnu Abi
Malikah (Abdullah bin Abi Malikah at-Tayammami al-Makky,
5.
Al-Auza’i
Abdurrahman bin Amr,
6.
Hasan Basri
as-Sya’bi.
Dalam bidang
hadist ini, Umar bin Abd Aziz secara
khusus memerintahkan Ibn Syihab az-Zuhri untuk mengumpulkan hadist. Oeh karena
itu, Ibnu Syihab telah dianggap sanat berjasa dalam menyebarkan hadist hingga
menembus berbagai zaman. Sejak saat itulah perkembangan kitab-kitab hadist
mulai dilakukan.[7]
4.
Gerakan
Penerjemahan dan Arabisasi
Gerakan penerjemahan ke dalam bahasa Arab (Arabisasi buku), juga dilakukan, terutama pada masa khalifah Marwan. Pada saat itu, ia memerintahkan penerjemahan sebuah buku kedokteran karya Aaron, seorang dokter dari iskandariyah, ke dalam bahasa Siriani, kemudian diterjemahkan lagi ke dalam bahasa Arab. Demikian pula, Khalifah memerintahkan menerjemahkan buku dongeng dalam bahasa sansakerta yang dikenal dengan Kalilah wa Dimnah, karya Bidpai. Buku ini diterjemahkan oleh Abdullah ibnu Al-Muqaffa. Ia juga telah banyak menerjemahkan banyak buku lain, seperti filsafat dan logika, termasuk karya Aristoteles :Categoris, Hermeneutica, Analityca Posterior serta karya Porphyrius :Isagoge.
Gerakan penerjemahan ke dalam bahasa Arab (Arabisasi buku), juga dilakukan, terutama pada masa khalifah Marwan. Pada saat itu, ia memerintahkan penerjemahan sebuah buku kedokteran karya Aaron, seorang dokter dari iskandariyah, ke dalam bahasa Siriani, kemudian diterjemahkan lagi ke dalam bahasa Arab. Demikian pula, Khalifah memerintahkan menerjemahkan buku dongeng dalam bahasa sansakerta yang dikenal dengan Kalilah wa Dimnah, karya Bidpai. Buku ini diterjemahkan oleh Abdullah ibnu Al-Muqaffa. Ia juga telah banyak menerjemahkan banyak buku lain, seperti filsafat dan logika, termasuk karya Aristoteles :Categoris, Hermeneutica, Analityca Posterior serta karya Porphyrius :Isagoge.
Dinasti
Abbasiyah
Kelompok-kelompok
yang merasa tidak puas terhadap Dinasti Umayyah yang menyebabkan runtuhnya
dinasti tersebut :
1. Kelompok muslim non Arab (Mawali) yang memprotes
kedudukan mereka sebagai warga kelas dua dibawah warga muslim Arab.
2. Kelompok Syiah dan Khawarij yang menganggap Dinasti Umayyah
telah merampas kekhalifahan.
3. Kelompok muslim Arab di Mekah, Madinah, dan Irak
yang merasa sakit hati atas perlakuan istimewa terhadap penududuk Suriah
4. Kelompok muslim yang saleh, baik Arab maupun non
Arab yang menganggap keluarga Dinasti Umayyah bergaya hidup mewah jauh dari
ajaran Islam.
ž Kelompok-kelompok tersebut membentuk suatu kekuatan
gabungan yang dikoordinasi dan dipimpin oleh keturunan Al-Abbas, Paman Nabi
Muhammad.
ž Untuk mencari dukungan masyarakat luas, kelompok
Dinasti Abbasiyah melakukan propaganda yang mereka sebut sebagai Gerakan
Dakwah.
ž Mereka
mempropagandakan bahwa
“menggulingkan kekuasaan pemerintah Dinasti Umayyah merupakan perintah agama”.
ž Di samping itu untuk meraih simpati umat dan
dukungan kaum Syiah mereka tidak mengusung nama Bani Abbas tetapi mengusung
nama Bani Hasyim. Mereka mengatakan bahwa jabatan khalifah merupakan hak
keluarga Nabi.
ž Gerakan mereka didukung oleh kaum Syiah, Khawarij
dan Mawali di kota Khurasan yang sebelumnya selalu ditindas oleh Dinasti
Umayyah.
ž Persamaan nasib sebagai kelompok yang tertindas
inilah yang membuat ketiga kelompok itu mendukung propaganda ini.
ž Jadi latar belakang lahirnya Dinasti Abbasiyah,
yaitu kekecewaan yang menumpuk dan bersatu akibat dari kekeliruan dan kesalahan
para penguasa Dinasti Umayyah dalam mengambil kebijakan.
ž Gerakan menentang Dinasti Umayyah semakin membesar
saat Dinasti Umayyah dijabat khalifah yang terkahir yaitu Marwan bin Muhammad
(Marwan II).
A. Proses
Pembentukan Dinasti Abbasiyah
Dinasti ini
didirikan oleh Abu Abbas As Saffah (As Saffah berarti penumpah darah, Ia diberi
gelar ini karena ia memiliki kemauan yang keras dan tidak segan-segan untuk
menumpahkan darah guna mewujudkan keinginannya).
ž Langkah-langkah Bani Abbas untuk mendirikan Daulat
Abbasiyah :
1.
Membentuk gerakan di bawah tanah dengan melakukan propaganda (menyusun
kekuatan secara diam-diam) dengan
tokohnya antara lain : Muhammad Al-Abbas, Ibrahim Al Imam, Abu Muslim
Al-Khurasani
Dari ketiga tokoh propaganda tesebut Abu Muslim Al
Khurasani merupakan propagandis yang paling sukses dan terkenal.
2.
Menerapkan politik bersahabat, artinya keturunan Bani Abbas tidak
memperlihatkan sikap bermusuhan dengan Bani Umayyah atau siapapun.
3.
Menggunakan nama Bani Hasyim (Ahlul Bait). Hal ini dimaksudkan agar
mendapat simpati umat dan dukungan dari kelompok pendukung Ali (Syiah).
4.
Menjadikan Khurasan sebagai pusat kegiatan gerakan Bani Abbas yang
dipimpin oleh Abu Muslim Al-Khurasani.
Strategi
ini ternyata berhasil menghimpun kekuatan besar dan dahsyat yang tidak bisa
dibendung lagi oleh golongan manapun juga. Dalam perjuangannya untuk mendirikan
Dinasti Abbasiyah, para tokoh pendiri Dinasti ini menerapkan cara kepemimpinan
yang bersifat kolektif (kolegial leadership),namun tertutup dengan
gerakan bawah tanah. Para tokoh pendiri Dinasti Abbasiyah menetapkan tiga kota
sebagai pusat kegiatan, yaitu : Humaymah sebagai pusat perencanaan
organisasi, Kufah sebagai kota penghubung dan Khurasan sebagai
pusat gerakan praktis
ž Proses berdirinya Dinasti Abbasiyah dimulai dari
tahap persiapan dan perencanaan yang
dilakukan oleh Ali bin Abdulloh bin Abbas. Gerakan bawah tanah dan propaganda
untuk mendirikan Dinasti Abbasiyah ini dimulai ketika Dinasti Umayyah berada di
bawah kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz (717-720 M). Pada waktu itu Umar bin Abdul Aziz memimpin
dengan adil. Negara dalam keadaan aman, tentram dan stabil. Ia juga
menerapkan persamaan hak kepada seluruh
warga negara. Kondisi ini memberi peluang pada Bani Abbas untuk menyusun
kekuatan dengan melakukan gerakan bawah tanah dan propaganda di kota Al
Humaymah
Peluang emas yang dimiliki
Bani Abbas untuk merebut kekuasaan Bani Umayyah itu terjadi pada masa Kholifah
Marwan Bin Muhammad (127 – 132 H = 745 – 750 M) yakni kholifah Bani Umayyah
terakhir, di mana waktu itu pemerintahan Dinasti Umayyah mencapai puncak
kekacauan yang sulit diatasi. Pemimpin gerakan Bani Abbasiyah pada waktu itu
adalah Muhammad bin Ali (wafat tahun 743 M) kemudian diteruskan anaknya Ibrahim
Al Imam dengan mengangkat Abu Muslim Al Khurasani sebagai panglima perang
ž Abu Muslim Al-Khurasani merupakan seorang pemuda
yang pemberani, pada usia 19 tahun ia diangkat sebagai panglima perang oleh
Ibrahim Al Imam. Ia banyak memperoleh dukungan di kota Khurasan. Pernah dalam
sehari ia berhasil menarik simpati penduduk dari sekitar 60 desa di sekitar
Merv. Abu Muslim Al Khurasani mengajak
golongan Syiah, golongan Alawiyyin (Bani Ali) untuk menentang Bani Umayyah yang
telah menindas mereka.
ž Sebelum Abu Muslim Al Khurasani diangkat sebagai
panglima perang, gerakan dakwah dan propaganda dilakukan secara diam-diam. Hal
itu dilakukan karena belum berani melawan Dinasti Umayyah secara
terang-terangan. Pada tahun 747 M setelah Abu Muslim Al Khurasani diangkat
menjadi panglima perang, Ibrahim Al Imam menyuruhnya untuk merebut kota
Khurasan dan menyingkirkan orang-orang Arab yang mendukung Dinasti Umayyah.
Namun rencana ini tercium oleh khalifah Marwan II dan akhirnya Ibrahim Al Imam
ditangkap dan dipenjara hingga meninggal. Selanjutnya komando perlawanan
diambil alih keponakan Ibrahim Al Imam yang bernama Abdulloh bin Muhammad yang
dikenal sebagai Abu Abbas As Saffah. Ia tetap menunjuk Abu Muslim Al Khurasani
untuk menjadi panglima dan melakukan perlawanan di Khurasan.
ž Tokoh-tokoh pendiri Bani Abbasiyah
1.
Muhammad bin Ali
bin Abdullah,
2.
Ibrahim al
Imam,
3.
Abu Muslim
Al Khurasani,
4.
Abul Abbas
as-Shaffah
5.
Abu Ja’far al Mansyur.
Kemajuan peradaban dinasti abbasiyah
Bidang
Imaterial :
Kemajuan yang dicapai dinasti Abbasiyah mencakup ilmu agama, filsafat dan sain (Harun Nasution, 2001:65-69). Ilmu agama yang dikembangkan pada masa ini mencakup:
Kemajuan yang dicapai dinasti Abbasiyah mencakup ilmu agama, filsafat dan sain (Harun Nasution, 2001:65-69). Ilmu agama yang dikembangkan pada masa ini mencakup:
I.
Ilmu Hadits, Tokohnya:
1. Al-Bukhori
dengan kitabnya al-Jam’i al-Shahih dan Tarikh al-Kabir,
2. Muslim
dengan kitabnya Shahih Muslim,
3. Ibnu
Majjah,
4. Abu
Dawud,
5. al-Tirmidzi,
dan
6. al-Nasa’i.
II.
Ilmu Tafsir, Tokohnya:
1.
Ibnu Jarir Ath
Thabari dengan karyanya Jami al-Bayan fi Tafsir al- Qur’an sebagai pegangan
pokok bagi mufassir hingga sekarang,
2.
Abu Muslim
Muhammad Ibn Bahar al-Ashfahani dengan tafsirnya Jami’ut Ta’wil,
3.
Ar-Razy dengan
tafsirnya Al-Muqthathaf.
III.
Ilmu Fiqih, Tokohnya:
1.
Abu Hanifah
dengan kitabnya Musnad al-Imam al-A’dhom atau Fiqh al-Akbar,
2.
Malik dengan
kitabnya al-Muwatha’,
3.
Syafi’i dengan
kitabnya al-Um dan al-Fiqh al-Akbar fi al-Tauhid, dan
4.
Ibn Hambal
dengan kitabnya al-Musnad.
IV.
Ilmu Tasawuf
atau Mistisisme Islam Tokohnya:
1.
Abu Bakr
Muhammad al-Kalabadi dengan karyanya al-Ta’arruf li Mazhab Ahl al-Tasawuf,
2.
Abu Nasr
as-Sarraj al-Tusi dengan karyanya al-Luma’,
3.
Abu Hamid
al-Ghazali dengan karyanya Ihya ‘Ulum al-Din, dan
4.
Abu Qasim Abd
al-Karim al- Qusyairi dengan karyanya Maqamat.
5.
Tokoh lainnya,
Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami, Husain Ibn Mansur al-Hallaj, dsb.
V.
Ilmu Kalam
atau Theologi, Tokohnya seperti
1.
Washil bin
Atha’,
2.
Ibn al-Huzail,
3.
al-Allaf, dll
dari golongan Mu’tazilah,
4.
Abu al-Hasan
al-Asy’ari dan al-Maturidi dari ahli sunnah.
VI.
Ilmu Tarikh
atau Sejarah, Tokohnya: Ibn Hisyam (abad VIII), Ibn Sa’d (abad IX), dll.
VII.
Ilmu Sastra Tokohnya:
1.
Abu al-Farraj
al-Isfahani dengan karyanya Kitab al-Aghani,
2.
al-Jasyiari
dengan karyanya Alfu Lailah wa Lailah di pertengahan abad X.
VIII.
Ilmu agama
lainnya seperti ilmu al-Qori’ah, ilmu Bahasa, dan Tata Bahasa.
Di
antara ilmu yang menarik pada masa dinasti Abbasiyah adalah Filsafat. Ilmu ini berasal dari Yunani
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, bahkan juga buku-buku yang berasal
dari Persia maupun Spanyol. Dari gerakan ini muncul para filosof Islam,
seperti:
- Al-Kindi (185-260 H/801-873 M), Al-Kindi lahir di Kufah, karyanya sekitar 270 buah yang dikelompokkan oleh ibn Nadim dan al-Qifti menjadi 17, yaitu: filsafat, logika, ilmu hitung, globular, musik, astronomi, geometri, sperikal, medis, astrologi, dialektika, psikologi, politik,240 meteorology, dimensi, benda-benda pertama, dan spesies tertentu logam dan kimia.
- Al-Razi (251-313 H/865-925 M)
Nama latinnya adalah Rhazes, lahir di Rayy dekat Teheran. Buku-buku filsafatnya antara lain: Al-Tibb al-Ruhani, Al-shirat al-Falsafiyyah, Amarat Iqbal al-Daulah, Kitab al-Ladzdzah, Kitab al-Ilm al-Ilahi, dll. - Al-Farabi (258-339 H/870-950 M)
Di Barat dikenal dengan nama Alpharbiu, lahir di Wasij (suatu desa di Farab/ Transoxania). Selain seorang filosof, ia juga ahli dalam bidang logika, matematika, dan pengobatan. Dalam bidang fisika, ia menulis kitab al-Musiqa. Di antara karyanya adalah: al-Tanbih ‘ala Sabil al-Sa’adat, Ihsha al-Ulum, al-Jam’ bayn Ra’y al-Hakimayn, Fushush al-Hikam, dll. - Ibn Sina (370-428 H/980-1037 M)
Nama latin Ibn Sina adalah Avicenna, lahir di Afsyana (dekat Bukhara). Selain ahli filsafat dan kedokteran, beliau juga memiliki karya dalam bidang logika, matematika, astronomi, fisika, mineralogy, ekonomi, dan politik. Karyanya antara lain: Kitab al-Syifa, Kitab al-Nadjat, Al-Isyarat wat-Tanbihat, Al-Hikmat al-Masyriqiyyah, dll. - Al-Ghazali (455-507H/1059-1111 M)
Beliau bergelar hujjatul Islam, lahir di Ghazaleh dekat Tus di Khurasan. Karyanya antara lain: Al-Munqidz min ad-Dlalal, Tahafut al-Falasifah, Ihya Ulumuddin, Qawaid al-‘Aqaid, Misykat al-Anwar, dll. - Ibn Rusyd (520-595 H/1126-1198 M)
Di Barat namanya Averroes, lahir di Cordova. Bukunya yang terpenting ada empat: Bidayatul Mujtahid, Faslul Maqal fi ma baina al-Hikmati was Syari’at min al- Ittisal, Manahij al-Adillah fi Aqaidi Ahl al-Millah, dan Tahafut at-Tahafut. - Ibn Bajjah (w. 533 H/1138 M)
Beliau lahir di Saragossa dan karyanya berupa risalah antara lain: Al-Ittisal, al- Wada’, Tadbir al-Mutawahhid, dll. - Ibn Tufail (506-581 H/1110-1185
M)
Beliau lahir di Granada. Karangannya tentang filsafat, fisika, metafisika, kejiwaan dan sebagainya tidak sampai kepada kita kecuali satu yaitu risalah Hay bin Yaqzhan.
Kemajuan
sains pada masa dinasti Abbasiyah didukung oleh Science Policy, yakni antara
lain dengan didirikannya akademi, sekolah dan observatorium (lembaga ilmiah
yang melakukan penelitian dan pengajarannya sekaligus) di samping perpustakaan.
Dengan kebijakan tersebut menimbulkan kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang
ilmu pengetahuan, seperti:
- Kedokteran, Tokohnya: Al-Razi dengan karyanya al-Hawi, Ibn Sina dengan karyanya al-Qanun fi al-Tibb (Canon of Medicine) dan Materia Medica yang memuat 760 obat-obatan.
- Ilmu Kimia, Tokohnya: Jabir Ibn Hayyan yang berpendapat bahwa logam seperti timah, besi dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak dengan menggunakan obat rahasia. Ia mengetahui cara membuat asam belerang, asam sendawa, dan aqua regia yang dapat menghancurkan emas dan perak.Ia juga memperbaiki teori aristoteles mengenai campuran logam.241
- Astronomi, Tokohnya: Al-Biruni dengan kitabnya al-Hind dan al-Qanun al-Mas’udi fi al-Hai’a wa al-Nujum, Nasiruddin Tusi menyusun tabel astronomi Ilkanian, Ibn Yunus membuat perbaikan tabel astronomi dan Hakemite Tables, Moh. Targai Ulugh Begh (cucu Timur Lenk) menyusun kitab al-Zij al-Sulthani al-Jadid yang berisi 1018 bintang.
- Matematika, Tokohnya yang populer adalah al-Khawarizmi yang menemukan angka 0 (aljabar) pada abad IX. Angka 1-9 berasal dari angka-angka Hindu di India.
- Optik, Tokohnya adalah Ali al-Hasan ibnul Haitsam yang dikenal Alhazen, menulis sebuah buku besar tentang optic “Optical Thesaurus”, mengoreksi teori Euclid dan Ptolemy. Ia juga mengembangkan teori pemfokusan, pembesaran, dan inversi dari bayangan.
- Fisika, Tokohnya Abdul Rahman al-Khazini, menulis kitab Mizanul Hikmah (The Scale of Wisdom) tahun 1121 M.
- Geografi, Tokohnya: Zamakhsyari (w.1144) seorang Persia, menulis kitabul Amkina wal Jibal wal Miyah (The Book of Places, Mountains and Waters), Yaqut menulis Mu’jamul Buldan (The Persian Book of Places) tahun 1228, Al-Qazwini menulis Aja’ib al-Buldan (The Wonders of Lands), dll.
- Sains lainnya, Seperti Botani (Abd Latif), Antidote/penawar racun (Ibn Sarabi), Trigonometri (Jabir ibn Aflah), dan Musik (Nasiruddin Tusi, Qutubuddin, Asy- Syirazi, dan Safiuddin).
KISAH
KESEDERHANAAN DAN KESHALEHAN KHALIFAH UMAR BIN ABDUL AZIZ
A. Biografi Khalifah
Umar Bin Abdul Aziz
Nama lengkap
: Umar bin Abdul Aziz (Khalifah Bani Umayyah)
Lahir
: kairo, tahun 63 H.
Nama
Bapak
: Abdul Aziz
Nama
Ibu
: Ummu ’Ashim binti ’Ashim bin
Umar bin Al-Khattab.
Nasab/ keturunan
: masih ada keturunan dengan Umar bin Khattab
Kelebihan
: Dibidang ilmu Hadits dan al-Qur’an
B. Jasa Umar bin
Abdul aziz dalam Kepemimpinannya
1. Dalam BIdang Kesejahteraan Umat:
a. Menghapuska
kelas-kelas sosial antara muslim Arab dan Muslim non Arab
b. Mengembalikan
uang pensiunan anak-anak yatim para pejuang Islam
c.
Menghidupkan kerukunan dan toleransi beragama
d. Mengurangi
beban pajak atas penganut Kristen Najran dari 2000 keping menjadi 200 keping
e. Melarang
pembelian tanah non-muslim kepada umat Islam
f.
Mewajibkan pembayaran kharraj kepada umat Islam dan jizyah (pajak jiwa)kepada
non-muslim
2. Dalam Bidang pengembangan Islam :
a. Mengirim para
Muballigh ke berbagai penjuru wilayah Islam
b. Meminta para
gubernur menyebarkan agama Islam
c.
Membukukan hadits
C. Keteladanan
yang dapat diambil dari sikap dan sifat yang dimiliki oleh Umar bin Abdu aziz
1.
Sikap rendah hati.
2.
Kesalehan,
3.
Kedermawanan,
4.
Kejujuran,
5.
Tidak rakus, tidak ambisi terhadap kekuasaan,
|
6.
Dekat dengan rakyat kecil,
7.
Toleransi, demokratis
8.
Cinta ilmu agama dan
9.
dekat dengan Allah SWT.
|
MEMAHAMI
PERKEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM PADA MASA BANI ABBASIYAH
A. Tokoh Ilmuwan Muslim
Pada Masa Dinasti Abbasiyah
1.
Dalam Bidang Filsafat
a. Al-Kindi
b. Al-Farabi
|
|
e.
Ibnu Miskawaih g. Jabir Bin Hayyan
f.
Al-Gazali
|
2.
Dalam Bidang Imu Hadis
a.
Ishaq bin Rahawaih
b.
Imam Bukhari
c.
Imam Muslim
d.
Abu Dawud
|
e.
At-Tarmidzi
f.
An-Nasa’i
g.
Ibnu Majjah
|
3.
Dalam Bidang Ilmu Tafsir
a. Abu Ja’far
Muhammad bin Jarir at-Tabari
b. Fakhruddin
ar-Razi
c. Az-Zamaksyari
4.
Dalam Bidang Imu Fiqih
a. Imam Hanafi c. Imam Syafi’i
b. Imam Malik d. Imam Hambali
5.
Dalam Bidang Ilmu Tasawuf
a.
Al-Haris bin Asad al-Muhasibi
b.
Zunnun Al-Misri
c.
Abu Yazid Al-Bistami
|
d.
Abu Qasyim Al-Qusyairi
e.
Abu Hamid Al-Ghazali
|
6.
Dalam Bidang Seni Bahasa
a.
SIbawaih
b.
Al-Kisa’i
|
c.
Abu Zakaria Al-Farra
d.
Abu Nuwas
|
e.
Abdul athiya
f.
Ismail Ibnu Qasyim
|
g.
Ahmad Ibnu Husain
h.
Omar Kayam
|
B. Nilai Positif dan
Negatif dari Perkembangan Kebudayaan pada Masa Bani Abbasiyah Untuk Masa Kini
Nilai Positif
|
Nilai
Negatif
|
1. Tidak
adanya perbedaan antar suku
2. Tumbuhnya toleransi antar berbagai agama maupun suku/etnis
3.
Kebebasan dalam pengkajian berbagai ilmu
4.
Adanya pengakuan dalam kebebasan berfikir
5.
Kebebasan dalam pemerintahan
|
1. Adanya kebebasan mengakibatkan
adanya perebutan kekuasaan
2. Kebebasan dalam berfikir
mengakibatkan lahirnya faham-faham rasional yang radikal
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar